Pendahuluan
Penalaran merupakan hal
yang kita sering gunakan sehari hari di dalam berkomunikasi atau berinteraksi
dengan orang terdekat baik keluarga maupun kerabat di tempat kuliah atau di
kantor. Namun penulis akan menjelaskan pembahasan kali ini tentang penalaran yang
penggunaanya kita gunakan di dalam bahasa kita sehari hari yaitu Bahasa
Indonesia. Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Pencarian pengetahuan
yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu
berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah.
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu
Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata
lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan
teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan
kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur
yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam
hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan
demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat
digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu
wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada
hukum-hukum logika
1. Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).Hubungan
antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Macam-macam Penalaran, Penalaran
ada dua jenis yaitu :
1. Penalaran Induktif
Penalaran
induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk
hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran
induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri,
1985:46). Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah
generalisasi.
s
Contoh :
-Harimau
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
-Ikan
Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan
---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
2. Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang
beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan
yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa
penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich certain things being posited,
something else than what is posited necessarily follows from them”. pola
penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Corak
berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme
alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat
menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil
dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua
premis.
Contoh :
-Laptop
adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
-DVD
Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
kesimpulan
---> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
|
2. Proposisi
Proposisi adalah suatu ekspresi
verbal dari keputusan yang berisi pengakuan atau pengingkaran sesuatu predikat
terhadap suatu yang lain, yang dapat dinilai bener atau salah.
Jenis-jenis proposisi terbagimenjadi
4 bagian :
1. Proposisi berdasarkan Bentuk :
a)
proposisi tunggal adalah proposisi
yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat.
Contoh : Unie menyayi
Ayah membaca koran
b) Proposisi
majemuk adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan lebih dari 1 predikat
Contoh
: Indra belajar bermain piano dan menyayi di studio
2.Proposisi berdasarkan Sifat :
a)
Proposisi Kategorial adalah
proposisi dimana hubungan antara subyek dan predikatnya
mempunyai syarat apapun
Contoh : Semua Perempuan di
indonesia akan mengalami Menstruasi
Setiap mengendarai mobil harus memakai
seftybeld
b.) Proposisi
kondisional adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu.
Contoh : Jika yogi lulus UN maka
saya akan berikan hadiah
Jika saya lulus penelitian ilmiah
maka saya akan mengadakan syukuran
3. Proposisi berdasarkan kualitas:
a)
proporsisi positif, yaitu proporsisi
dimana predikatnya mendukung atau membennarkan subjeknya
Contoh :
Semua gajah berbadan besar
Semua ilmuwan adalah orang pandai
b)
proporsisi negatif, yaitu proporsisi
dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya.
Contoh :
Tidak ada wanita yang berjenggot
Tidak ada
binatang yang bisa bicara
4. proporsisi berdasarkan kuantitas:
a)
proporsisi universal, yaitu
proporsisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua.
Contoh :
Semua warga Indonesia mememiliki KTP
Semua masyarakat mematuhi
peratura lalulintas
b) proporsisi
spesifik / khusus, yaitu proporsisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek.
Contoh : Tidak semua murid patuh
kepada gurunya.
3. Inferensi
Adalah
membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat
inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak
langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur).
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
1.
Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : Ban motor ani pecah
sedangkan ani besok ingin pergi ke kampus, tetapi ani tidak mempunyai uang
untuk mengganti ban motor.
kesimpulan : ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
kesimpulan : ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
2.
Inferensi Tak
Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
4.Evidensi
Adalah
semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu.
Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk
memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan
tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun
petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan.
Kita mungkin mengartikannya sebagai "cara bagaimana kenyataan hadir" atau perwujudan dari ada bagi akal". Misal Mr.A mengatakan "Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo", apa komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan "fakta yang menarik". Kita akan mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai "kepastian", Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, "Ada tiga jendela di dalam ruang ini," persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
Cara menguji data :
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi.
Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut.
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
Kita mungkin mengartikannya sebagai "cara bagaimana kenyataan hadir" atau perwujudan dari ada bagi akal". Misal Mr.A mengatakan "Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo", apa komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan "fakta yang menarik". Kita akan mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai "kepastian", Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, "Ada tiga jendela di dalam ruang ini," persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
Cara menguji data :
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi.
Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut.
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
5. Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam
penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap
digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan
untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
6.Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau
informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian.
Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan
keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau
penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta
tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan
diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
1. Konsistensi
2. Koherensi
7.Cara menguji autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu
menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang
baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat
yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
Soal
Penalaran :
1.
Dewi selalu mandi setiap hari, kecuali hanya jika ia sakit.
Hari ini Dewi sakit.
A. Dewi pergi ke dokter
B. Dewi tidak mandi
C. Dewi tidak masuk sekolah
D. Dewi minum obat
Hari ini Dewi sakit.
A. Dewi pergi ke dokter
B. Dewi tidak mandi
C. Dewi tidak masuk sekolah
D. Dewi minum obat
2.
Semua penyanyi lagu Melayu pandai berpantun.
Penyanyi yang bernama Nubaya tidak dapat mengucapkan pantun saat di panggung.
Maka:
A. Nurbaya tidak pandai berpantun
B. Nurbaya adalah penyanyi seriosa
C. Nurbaya bukan penyanyi lagu melayu
D. Nurbaya adalah penyanyi amatiran
Penyanyi yang bernama Nubaya tidak dapat mengucapkan pantun saat di panggung.
Maka:
A. Nurbaya tidak pandai berpantun
B. Nurbaya adalah penyanyi seriosa
C. Nurbaya bukan penyanyi lagu melayu
D. Nurbaya adalah penyanyi amatiran
3.
Semua insinyur sipil pandai matematika.
Abdul bukan insinyur sipil.
Maka : . . . . . .
A. Tidak ada kesimpulan yang tepat
B. Abdul bukan seorang sarjana
C. Abdul adalah sarjana sastra
D. Abdul tidak pandai dalam matematika
Abdul bukan insinyur sipil.
Maka : . . . . . .
A. Tidak ada kesimpulan yang tepat
B. Abdul bukan seorang sarjana
C. Abdul adalah sarjana sastra
D. Abdul tidak pandai dalam matematika
4.
Jika Jakarta adalah kuda,
Surabaya adalah sapi, dan Medan adalah . . . . . .
A. Unggas
B. Harimau
C. Ikan
D. Merpati
A. Unggas
B. Harimau
C. Ikan
D. Merpati
5.
Semua insinyur sipil pandai
matematika.
Susanto bukan insinyur sipil.
Maka : . . . . . .
A. Tidak ada kesimpulan yang tepat
B. Susanto bukan seorang sarjana
C. Susanto adalah sarjana sastra
D. Susanto tidak pandai dalam matematika
Susanto bukan insinyur sipil.
Maka : . . . . . .
A. Tidak ada kesimpulan yang tepat
B. Susanto bukan seorang sarjana
C. Susanto adalah sarjana sastra
D. Susanto tidak pandai dalam matematika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar